Di Daerah Ini Lahan Siap Panen Disapu Banjir, Warga Merintih Merugi Puluhan Juta
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/10/di-daerah-ini-lahan-siap-panen-disapu.html
MATENG, FMS - Pembangunan tanggul disepanjang sisi kanan Sungai Barakkang Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah, meninggalkan dampak buruk bagi warga Desa Barakkang.
Pasca pembangunan tanggul, justru memicu banjir setiapkali hujan turun. Hal ini dialami petani asal Barakkang, pekan kemarin. Puluhan hektar lahan pertanian di daerah itu terendam air. Akibatnya tanaman jagung, padi, kacang hijau dan tanaman jangka pendek lainnya, mati layu. Kejadian tersebut membuat petani di Barakkang merugi puluhan juta rupiah.
Menurut warga, tanggul sepanjang tiga kilometer itu selesai dibangun September 2016. Sejak itulah lahan perkebunan yang berada di sisi kiri sungai terendam banjir setiap hujan. Genangan air tersebut diduga akibat tidak adanya saluran pembuangan ke sungai. Sebab sebelum tanggul dibangun lahan mereka tidak pernah terkena banjir, apalagi tergenang hingga berhari hari. "Kebunku selama ini aman dari banjir tapi setelah ada tanggul justru terendam, padahal kedalaman air sungai belum seberapa," keluh Sahrimin, Minggu (2/9/2016).
Menurut Sahrimin, lahan miliknya seluas satu hektar telah ditumbuhi tanaman jangka pendek. Sebelum banjir tanamannya tumbuh subur, setelah disapu banjir semuanya mati seketika. Sahrimin heran, sebab banjir yang menyapu puluhan hektar lahan di Barakkang tidak hanya disebabkan genangan air hujan. Air Sungai Barakkang justru meluap dan merendam puluhan hektar lahan, pekan kemarin.
Tak hanya Sahrimin, warga lain Hakim dan Tamin juga mengeluhkan banjir yang menyapu tanamannya. Mereka resah sebab baru tiga kali turun hujan lahan mereka terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Warga Barakkang itu resah sebab sebelum ada tanggul kebun mereka tidak pernah kena banjir.
Para korban berharap pemerintah segera mencari solusi agar puluhan hektar lahan pertanian dapat teratasi. Bencana itu sangat disesali karena merugikan dan menghancurkan harapan mereka. "Kita sudah susah payah menanam dan membiayai, tapi semuanya sia sia," keluh Hakim diamini Tamin.
Warga Barakkang itu mengaku tanaman kacang hijau di kebunnya mati setelah terendam banjir. Padahal kacang miliknya sudah siap panen. "Kalau dihitung hitung kerugian tenaga, benih dan biaya yang digunakan cukup lumayan," ucapnya. (jamal/riz)
Pasca pembangunan tanggul, justru memicu banjir setiapkali hujan turun. Hal ini dialami petani asal Barakkang, pekan kemarin. Puluhan hektar lahan pertanian di daerah itu terendam air. Akibatnya tanaman jagung, padi, kacang hijau dan tanaman jangka pendek lainnya, mati layu. Kejadian tersebut membuat petani di Barakkang merugi puluhan juta rupiah.
Menurut warga, tanggul sepanjang tiga kilometer itu selesai dibangun September 2016. Sejak itulah lahan perkebunan yang berada di sisi kiri sungai terendam banjir setiap hujan. Genangan air tersebut diduga akibat tidak adanya saluran pembuangan ke sungai. Sebab sebelum tanggul dibangun lahan mereka tidak pernah terkena banjir, apalagi tergenang hingga berhari hari. "Kebunku selama ini aman dari banjir tapi setelah ada tanggul justru terendam, padahal kedalaman air sungai belum seberapa," keluh Sahrimin, Minggu (2/9/2016).
Menurut Sahrimin, lahan miliknya seluas satu hektar telah ditumbuhi tanaman jangka pendek. Sebelum banjir tanamannya tumbuh subur, setelah disapu banjir semuanya mati seketika. Sahrimin heran, sebab banjir yang menyapu puluhan hektar lahan di Barakkang tidak hanya disebabkan genangan air hujan. Air Sungai Barakkang justru meluap dan merendam puluhan hektar lahan, pekan kemarin.
Tak hanya Sahrimin, warga lain Hakim dan Tamin juga mengeluhkan banjir yang menyapu tanamannya. Mereka resah sebab baru tiga kali turun hujan lahan mereka terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Warga Barakkang itu resah sebab sebelum ada tanggul kebun mereka tidak pernah kena banjir.
Para korban berharap pemerintah segera mencari solusi agar puluhan hektar lahan pertanian dapat teratasi. Bencana itu sangat disesali karena merugikan dan menghancurkan harapan mereka. "Kita sudah susah payah menanam dan membiayai, tapi semuanya sia sia," keluh Hakim diamini Tamin.
Warga Barakkang itu mengaku tanaman kacang hijau di kebunnya mati setelah terendam banjir. Padahal kacang miliknya sudah siap panen. "Kalau dihitung hitung kerugian tenaga, benih dan biaya yang digunakan cukup lumayan," ucapnya. (jamal/riz)