Cuaca Buruk, Nelayan Polman Urung ke Lombok dan Sumbawa
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/12/cuaca-buruk-nelayan-polman-urung-ke.html
POLEWALI, FMS - Angin kencang yang melanda sebagian besar perairan Sulawesi Barat (Sulbar) beberapa pekan terakhir, memaksa sejumlah nelayan lokal asal Polewali Mandar (Polman) yang biasa melaut hingga ke luar daerah seperti Kalimantan Timur (Kaltim), Sumbawa dan Lombok batal berlayar.
Hal itu disebabkan, para nelayan harus menghadapi gelombang besar yang kurang lebih tiga meter tingginya jika telah mencapai perjalanan sekira 10 mil dari daratan.
Seperti halnya yang dialami Sawal (31), seorang nelayan asal Desa Tangnga - tangnga, Kecamatan Tinambung Polewali Mandar (Polman). Dia bersama rekan rekannya dan kapal nelayan lain terpaksa balik haluan ketika hendak berlayar menuju perairan Balikpapan Kaltim.
"Besar sekali ombak, ada tiga kapal yang kembali waktu itu. Sampai sekarang, belum ada nelayan lain yang berani berlayar keluar daerah," ungkap Sawal, Sabtu (10/12/2016).
Senada diungkapkan Sunding (40), nelayan asal Tangnga - tangnga lainnya. Dengan keadaan itu, membuat para nelayan harus menunggu hingga cuaca kembali membaik. "Terpaksa kita menunggu hingga cuaca membaik, karena kemarin saja, baru disekitaran Palipi sudah parah," keluhnya.
Kondisi demikian membuat para nelayan harus merugi, lantaran sejumlah persiapan seperti es batu, otomatis mencair karena telah berselang beberapa hari. Sementara harga es sekali melaut bagi para nelayan tersebut, mencapai satu juta rupiah. (Tfk)
Hal itu disebabkan, para nelayan harus menghadapi gelombang besar yang kurang lebih tiga meter tingginya jika telah mencapai perjalanan sekira 10 mil dari daratan.
Seperti halnya yang dialami Sawal (31), seorang nelayan asal Desa Tangnga - tangnga, Kecamatan Tinambung Polewali Mandar (Polman). Dia bersama rekan rekannya dan kapal nelayan lain terpaksa balik haluan ketika hendak berlayar menuju perairan Balikpapan Kaltim.
"Besar sekali ombak, ada tiga kapal yang kembali waktu itu. Sampai sekarang, belum ada nelayan lain yang berani berlayar keluar daerah," ungkap Sawal, Sabtu (10/12/2016).
Senada diungkapkan Sunding (40), nelayan asal Tangnga - tangnga lainnya. Dengan keadaan itu, membuat para nelayan harus menunggu hingga cuaca kembali membaik. "Terpaksa kita menunggu hingga cuaca membaik, karena kemarin saja, baru disekitaran Palipi sudah parah," keluhnya.
Kondisi demikian membuat para nelayan harus merugi, lantaran sejumlah persiapan seperti es batu, otomatis mencair karena telah berselang beberapa hari. Sementara harga es sekali melaut bagi para nelayan tersebut, mencapai satu juta rupiah. (Tfk)