Membincang Sosiologi Islam


Mamuju, FMS - Setelah beberapa hari menggelar kegiatan kajian logika filsafat, HMI Komisariat Metro - STIE MM Cabang Manakarra ditutup dengan materi dan diskusi sosiologi islam.

Kegiatan tersebut yang dimulai sejak tanggal 11-22 Desember 2018, di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Manakarra, di jalan Ahmad Kirang.

Syarifuddin Mandegar, alumni HMI yang menjadi narasumber di kegiatan itu mengatakan, kajian logika filsafat tentu sangat penting bagi adik - adik HMI, sebagai pisau analisa bagi  semua dalam memahami realitas yang ada.

Pria yang akrab disapa Udin Mandegar ini secara spesifik menjelaskan, teori sosiologi islam dengan beberapa teori diantaranya, paradigma sosilogi positifistik ala aguste comte, teori Asobya Ibnu Kaldum dan teori ISP (Ilmu Sosial Profetik) ala Kumto Wijoyo.

"Pada dasarnya, paradigma positifistik cukup banyak mempengaruhi kita dalam memandang realitas sosial, sehingga kecenderungan kita sangat materialistik," kata Syarief Mandegar.

Ia menjelaskan, jauh sebelum Conte hadir, ada tokoh sosiologi islam yakni Ibnu Kaldum. Dia dikenal dengan teori Asobya yakni adanya solidaritas sosial yang dimana lebih kepada penguatan nilai agama dan budaya dalam sebuah masyarakat.

"Ibnu Kaldum sebenarnya ada kesamaan corak berfikir David Émile Durkheim yang dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Dimana ia memandang agama tidak hanya berkenaan dengan aktifitas ritual saja, namun berkenaan pada sosial kemasyarakatan," jelasnya.

Baca juga: Habsi: Tidak Ada Panggung Hiburan, Bukan Larangan Tempat Hiburan

Sementara di Indonesia ada juga tokoh sosiologi islam terkenal dengan teori ISP (Ilmu Sosial Profetik) atau kenabian, dimana secara umum Kumto Wijoyo melihat bahwa mampu mempengaruhi realitas sosial.

"Kumto Wijoyo sebenarnya ingin mengembalikan wajah sosiologi Islam dimana ilmu sosial tidak bisa dipisahkan pada spirit agama, spirit kenabian sebagai nilai transendental," terangnya.

Syarifuddin Mandegar, ada beberapa tokoh sosilogi islam sebenarnya yang harus dipelajari, namun tentu itu butuh waktu lama.

"Sehingga pada kesempatan kali ini, kita semestinya mampu membawa individu untuk menciptakan kemaslahatan sehingga melahirkan piranti sosial yakni keadilan," paparnya.

Untuk diketahui, beberapa perbandingan teori sosiologi ikut dijelaskan diantaranya paradigma posmoderenisme dalam teori dekuntruksi dan beberapa teori teori lain sebagai pengantar sosiologi.

(Adi)

Related

MAMUJU 2031986132938066938

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item
close
Pemilihan Serentak Kabupaten Majene