Desain Jalan Nasional Di Mamasa Harusnya Perhatikan Topografi Dan Faktor Non Teknis
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/06/desain-jalan-nasional-di-mamasa.html
MAMASA, FMS--Pekerjaan sejumlah ruas Jalan Nasional yang melintasi Kabupaten Mamasa yang baru selesai dikerja tahun lalu dan awal tahun ini sudah menunjukkan kerusakan disejumlah titik.
Kondisi tersebut menjadi perhatian sejumlah pihak, pasalnya persoalan perbaikan jalan di Mamasa adalah hal yang dirindukan oleh seluruh lapisan Masyarakat Kabupaten Mamasa selama ini.
Untuk perencanaan desain konstruksi jalan di wilayah kabuapten Mamasa dengan kondisi topografi, curah hujan yang tinggi, tanah yang labil, serta medan yang ekstrim dan berat, seharusnya menyita waktu yang lama dalam perencanaan dan design. Akan tetapi, terkadang oleh pihak konsultan menggunakan standar perencanaan umum tanpa mempertimbangkan faktor-faktor kondisi lokal dan non teknis lainnya
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mamasa, Asri Thomas mengatakan terkait pekerjaan jalan nasional yang dikerjakan di wilayah Mamasa, pihaknya tidak terlibat secara jauh kedalamnya.
Mulai dari perencanaan hingga pengawasan semuanya dilakukan oleh Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Barat. "Memang PUPR di Mamasa tidak terlibat, karena semua kewenangan sesuai tingkatan masing-masing dan dianggap pihak balai sudah jauh lebih baik," katanya, Jumat (12/6).
Ia menuturkan kewenangan pihaknya hanya sebatas jalur koordinasi saja. "Biasanya kalau ada laporan dari masyarakat terkait pekerjaan jalan, kami hanya bisa menyampaikan itu ke pihak terkait sebatas jalur koordinasi saja," tuturnya.
Berdasarkan pengalamannya selama ini, pihak rekanan hanya berburu waktu untuk menyelesaikan bobot pekerjaan badan jalan, sementara konstruksi penunjang jalan seperti talud itu dikerjakan kemudian.
Hal tersebut biasanya dipengaruhi karena anggaran untuk pengamanan badan jalan lebih kecil. Padahal melihat kondisi alam dan topografi Mamasa yang bertanah labil serta berjurang, seharusnya dititik tertentu anggaran pengamanan jalan itu lebih besar.
Ia lanjut menjelaskan secara teknis seharusnya talud untuk pengaman badan jalan, terlebih untuk daerah atau dititik yang berjurang dalam itu agak jauh dari badan jalan. "Karena kalau terlalu berdekatan dengan badan jalan, getaran kendaraan apalagi kendaraan besar akan mempengaruhi talud yang dibuat. Juga kemiringan talud harus diperhatikan, jangan tegak saja," lanjutnya.
Hal lain yang kadang mempengaruhi kualitas pekerjaan yaitu biasanya konsultan perencana membuat desain (shop drawing, red) adendum kontrak terburu-buru setelah mendapat masalah dilapangan, misalnya pekerjaan rusak.
"Hal itu harusnya tidak terjadi jika sebelumnya memang dilakukan perencanaan secara mendalam dengan memperhatikan faktor non teknis lainnya," tambahnya. (klp)
Kondisi tersebut menjadi perhatian sejumlah pihak, pasalnya persoalan perbaikan jalan di Mamasa adalah hal yang dirindukan oleh seluruh lapisan Masyarakat Kabupaten Mamasa selama ini.
Untuk perencanaan desain konstruksi jalan di wilayah kabuapten Mamasa dengan kondisi topografi, curah hujan yang tinggi, tanah yang labil, serta medan yang ekstrim dan berat, seharusnya menyita waktu yang lama dalam perencanaan dan design. Akan tetapi, terkadang oleh pihak konsultan menggunakan standar perencanaan umum tanpa mempertimbangkan faktor-faktor kondisi lokal dan non teknis lainnya
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mamasa, Asri Thomas mengatakan terkait pekerjaan jalan nasional yang dikerjakan di wilayah Mamasa, pihaknya tidak terlibat secara jauh kedalamnya.
Mulai dari perencanaan hingga pengawasan semuanya dilakukan oleh Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Barat. "Memang PUPR di Mamasa tidak terlibat, karena semua kewenangan sesuai tingkatan masing-masing dan dianggap pihak balai sudah jauh lebih baik," katanya, Jumat (12/6).
Ia menuturkan kewenangan pihaknya hanya sebatas jalur koordinasi saja. "Biasanya kalau ada laporan dari masyarakat terkait pekerjaan jalan, kami hanya bisa menyampaikan itu ke pihak terkait sebatas jalur koordinasi saja," tuturnya.
Berdasarkan pengalamannya selama ini, pihak rekanan hanya berburu waktu untuk menyelesaikan bobot pekerjaan badan jalan, sementara konstruksi penunjang jalan seperti talud itu dikerjakan kemudian.
Hal tersebut biasanya dipengaruhi karena anggaran untuk pengamanan badan jalan lebih kecil. Padahal melihat kondisi alam dan topografi Mamasa yang bertanah labil serta berjurang, seharusnya dititik tertentu anggaran pengamanan jalan itu lebih besar.
Ia lanjut menjelaskan secara teknis seharusnya talud untuk pengaman badan jalan, terlebih untuk daerah atau dititik yang berjurang dalam itu agak jauh dari badan jalan. "Karena kalau terlalu berdekatan dengan badan jalan, getaran kendaraan apalagi kendaraan besar akan mempengaruhi talud yang dibuat. Juga kemiringan talud harus diperhatikan, jangan tegak saja," lanjutnya.
Hal lain yang kadang mempengaruhi kualitas pekerjaan yaitu biasanya konsultan perencana membuat desain (shop drawing, red) adendum kontrak terburu-buru setelah mendapat masalah dilapangan, misalnya pekerjaan rusak.
"Hal itu harusnya tidak terjadi jika sebelumnya memang dilakukan perencanaan secara mendalam dengan memperhatikan faktor non teknis lainnya," tambahnya. (klp)