Penyadapan Getah, Ancam Habitat Tanaman Pinus di Mamasa

Mamasa, fokusmetrosulbar.com -Tanaman Pinus atau Tusam sebagian besar masyarakat Indonesia mengenalnya dengan nama Damar Bunga.  Pohon ini memiliki nama latin Pinus Merkusii Jungh & Vriese ex vriese berasal dari famili Pinaceae ini hanya tumbuh didaerah pegunungan dengan ketinggian 400-1800 mdpl.

Batangnya banyak digunakan untuk bahan furniture, korek kayu, bahan bangunan, dan masih banyak lagi kegunaannya. Salah satu bagian tanaman yang paling diminati adalah getahnya. Ada beberapa cara untuk menyadap getah Pinus yaitu, pertama dengan teknik koakan yakni membersihkan kulit luar batang Pinus dan melukai kayunya sedalam 1-2 centimeter dengan luas 10 centimeter.

Kedua dengan teknik pelukaan yaitu melukai batang berbentuk huruf U terbalik atau berbentuk V. Ketiga dengan cara pengeboran yaitu melubangi batang pohon dengan diameter 3 centimeter dan kedalaman secara vertikal atau horisontal 3-12 centimeter. Cara terakhir yaitu pengoresan yakni melukai berbentuk spiral mengelilingi batang.

Cara penyadapan seperti itu dimaksudkan untuk mengambil manfaat getah dan menjaga keberlangsungan hidup dan habitat tanaman Pinus.

Potensi alam pemanfaatan getah Pinus menjadi berkah yang dikaruniakan bagi Mamasa. Betapa tidak, hutan di Mamasa hampir semua terdapat tanaman Pinus didalamnya.

Namun penyadapan yang benar tersebut tidak berlaku bagi penyadap getah Pinus di Desa Paladan, Kecamatan Sesena Padang. Kunjungan awak FMS dilokasi penyadapan, Sabtu (28/1/17) menemukan batang-batang Pinus yang disadap masyarakat dengan cara melukai batang pinus selebar 10-20 centimeter dan panjang mencapai 1 meter yang dalamnya tak terbatas, bahkan sampai menembus sisi lain dari batang pohon tersebut.

Cara panen getah pinus seperti itu menuai tanggapan dari Penyuluh Kehutanan Ardialan. Ia khawatir dampak penyadapan tersebut. Dikatakan, kalau dieksploitasi secara berlebihan dikhawatirkan tanaman Pinus bisa mati, meskipun fisiologis tanaman yang telah dilukai seperti itu dapat pulih tapi untuk menghasilkan getah kembali membutuhkan waktu bertahun-tahun. 

"Eksploitasi berlebihan yang saya maksud adalah membuat luka berlebihan di pohon yang sama supaya cepat menghasilkan getah. Memang getahnya banyak tapi pohon juga kemungkinannya mati karena tidak mampu menyembuhkan dirinya. Selama masih dalam tahap yang wajar, getah pinus masih diperbolehkan untuk diambil," tuturnya.

Alan menjelaskan tanaman Pinus yang baik diambil getahnya ketika telah berumur sepuluh tahun atau lebih. "Kan dalam satu habitat ada juga pohon pinus yang masih kecil, sebisa mungkin jangan dieksploitasi dulu. Cukup yang berumur sepuluh tahun keatas agar menunjang kontinuitas penyadapan," jelas mantan aktivis tersebut.

Tanaman Pinus merupakan banyak menghuni hutan di Mamasa dan menyerap air untuk mencegah terjadinya berbagai bencana.  Ia berharap agar masyarakat yang memanfaatkan getah Pinus tetap memperhatikan kelestarian alam.

"Kalau dalam satu habitat semua batang Pinus disadap seperti itu dan dalam waktu bersamaan mati semua, maka ancaman bencana seperti longsor dan kegundulan hutan akan terjadi didepan mata. Sehingga saya harap masyarakat turut menjaga kelestarian alam," harapnya. (klp)

Related

MAMASA 258696680786642157

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item
close
Banner iklan disini