Hasil Jagung Mateng Perbaiki Ekonomi Petani
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/03/hasil-jagung-mateng-perbaiki-ekonomi.html
Mamuju Tengah, fokusmetrosulbar.com--
Selain Sawit sebagian besar petani di Mamuju tengah (Mateng) bercocok tanam jagung sebagai tanaman jangka pendek yang menjanjikan.
Sebagaimana dilakukan Lukas, salah seorang warga Bulurembu Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, kebun miliknya digunakan sebagai lahan pertanian komoditi jagung yang dinilainya mampu menutupi kebutuhan keluarga.
"Pekerjaannya santai dan tidak banyak makan biaya, tetapi hasilnya lumayan dibanding tanaman jangka pendek lain," kata Lukas, Rabu (1/3).
Ia menganggap tanaman jagung tidak membutuhkan biaya besar dan tidak menguras tenaga namun hasilnya memuaskan.
Sejak dua tahun terakhir lahan seluas 30 are miliknya mampu menghasilkan puluhan juta pertahun, yang setiap dipanen dua hingga tiga kali.
"Biasanya dua setengah ton satu kali panen dan harganya rata-rata tiga ribu rupiah setiap satu gram," ungkapnya.
Dikatakan Lukas, panen tahun pertama masih kurang memuaskan, namun setelah dia coba kedua kalinya, hasil sudah mampu buat perbaiki kehidupan ekonomi. "Bakhan saya bisa beli motor baru," katanya.
Sebelumnya bertani jangung, Lukas hanyalah petani berpindah-pindah hingga sampai ke Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Kini dia telah menetap sebagai warga Mateng dan gemar menanam jagung meskipun sudah memiliki lahan sawit.
Seperti diketahui, Mateng adalah penghasil jagung terbesar di Sulbar. Ini sebagai salah satu bukti jika kabupaten termuda ini memiliki potensi alam yang cukup besar. (jml/har)
Selain Sawit sebagian besar petani di Mamuju tengah (Mateng) bercocok tanam jagung sebagai tanaman jangka pendek yang menjanjikan.
Sebagaimana dilakukan Lukas, salah seorang warga Bulurembu Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, kebun miliknya digunakan sebagai lahan pertanian komoditi jagung yang dinilainya mampu menutupi kebutuhan keluarga.
"Pekerjaannya santai dan tidak banyak makan biaya, tetapi hasilnya lumayan dibanding tanaman jangka pendek lain," kata Lukas, Rabu (1/3).
Ia menganggap tanaman jagung tidak membutuhkan biaya besar dan tidak menguras tenaga namun hasilnya memuaskan.
Sejak dua tahun terakhir lahan seluas 30 are miliknya mampu menghasilkan puluhan juta pertahun, yang setiap dipanen dua hingga tiga kali.
"Biasanya dua setengah ton satu kali panen dan harganya rata-rata tiga ribu rupiah setiap satu gram," ungkapnya.
Dikatakan Lukas, panen tahun pertama masih kurang memuaskan, namun setelah dia coba kedua kalinya, hasil sudah mampu buat perbaiki kehidupan ekonomi. "Bakhan saya bisa beli motor baru," katanya.
Sebelumnya bertani jangung, Lukas hanyalah petani berpindah-pindah hingga sampai ke Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Kini dia telah menetap sebagai warga Mateng dan gemar menanam jagung meskipun sudah memiliki lahan sawit.
Seperti diketahui, Mateng adalah penghasil jagung terbesar di Sulbar. Ini sebagai salah satu bukti jika kabupaten termuda ini memiliki potensi alam yang cukup besar. (jml/har)