Opa yang Malang Sering Didata Tapi Tak Ada Realisasi?
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/05/opa-yang-malang-sering-didata-tapi-tak.html
Mamuju Utara, fokusmetrosulbar.com-- Nasib malang menimpa keluarga Baco Pakir yang tinggal di Pinggir Bantaran Sungai Pasangkayu, Dusun Kabuyu Tua, Desa Martasari, Kecamatan Pedongga, Mamuju Utara. Anaknya Opa lumpuh sejak lahir, ia dirawat sendiri setelah mendiang istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu.
Baco Pikir seorang lelaki tegar, istrinya dulu memberikan buah hati kepadanya sebanyak tiga orang, namun Tuhan berkehendak lain, anak pertama dan kedua (kakak Opa) juga ikut bersama ibunya menemui ajal.
Tinggallah Baco Pikir bersama Opa menetap di rumah reot, kumuh dan nyaris ambruk ke bantaran sungai, apatahlagi ketika abrasi sungai terus terjadi, hunian mereka seolah sedang menunggu rebah.
Umurnya sekitar 12 Tahun, keseharian Opa seperti anak lain pada umumnya, hanya perbedaanya Opa beranjak dari tempat duduk atau keluar rumah dengan cara merangkak, sebab kedua kaki kakinya tak dapat menopang tubuh.
"Coba lihat sendiri nak, dia berjalan, dia berjalan hanya pake tangan saja, karena tidak mampu berdiri, sedangkan itu tangannya tidak sempurna juga," urai Baco, kepada Indra Anwar, jurnalis fokusmetrosulbar.com
Jika ingin ke tempat tinggal Opa, Baco Pikir, dan sembilan Kepala Keluarga lainnya, maka kita membutuhkan waktu 20 menit dengan berjalan kaki serta melewati perkebunan Sawit milik masyarakat Transmigrasi di desa Martasari.
Uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara sangat dibutuhkan oleh Opa dan Baco Pikir, namun sampai saat ini masih sebatas pendataan saja, belum ada realisasi dari pendataan tersebut.
Selain itu, tak ada pilihan lain Baco Pikir selain meninggalkan Opa sendiri di rumah. Jika sedang mencari ikan di sekitar sungai Pasangkayu hingga ke muara sungai, Opa harus ditinggal, sebab satu-satunya penghidupan dengan mencari ikan. Keterampilan pun tak dimiliki oleh Baco Pikiri dalam menghidupi anaknya.
"Biasa dia (Opa) tinggal sendiri sama bapaknya pergi mencari ikan, makanya kami di sini itu, pelihara dia itu seperti anak sendiri" terang Dome, seorang tetangga Opa yang turut bersimpati.
Kata Dome, kadang di gubuk tempat Opa ditinggal pergi oleh bapaknya, tanpa makanan. Kalau pun ada, biasanya makanan tersebut sudah basi dan tidak layak lagi untuk dikosumsi. (ind/har)
Baco Pikir seorang lelaki tegar, istrinya dulu memberikan buah hati kepadanya sebanyak tiga orang, namun Tuhan berkehendak lain, anak pertama dan kedua (kakak Opa) juga ikut bersama ibunya menemui ajal.
Tinggallah Baco Pikir bersama Opa menetap di rumah reot, kumuh dan nyaris ambruk ke bantaran sungai, apatahlagi ketika abrasi sungai terus terjadi, hunian mereka seolah sedang menunggu rebah.
Baco Pikir ditemui di rumah reotnya (Foto: Indra Anwar) |
"Coba lihat sendiri nak, dia berjalan, dia berjalan hanya pake tangan saja, karena tidak mampu berdiri, sedangkan itu tangannya tidak sempurna juga," urai Baco, kepada Indra Anwar, jurnalis fokusmetrosulbar.com
Jika ingin ke tempat tinggal Opa, Baco Pikir, dan sembilan Kepala Keluarga lainnya, maka kita membutuhkan waktu 20 menit dengan berjalan kaki serta melewati perkebunan Sawit milik masyarakat Transmigrasi di desa Martasari.
Uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten Mamuju Utara sangat dibutuhkan oleh Opa dan Baco Pikir, namun sampai saat ini masih sebatas pendataan saja, belum ada realisasi dari pendataan tersebut.
Selain itu, tak ada pilihan lain Baco Pikir selain meninggalkan Opa sendiri di rumah. Jika sedang mencari ikan di sekitar sungai Pasangkayu hingga ke muara sungai, Opa harus ditinggal, sebab satu-satunya penghidupan dengan mencari ikan. Keterampilan pun tak dimiliki oleh Baco Pikiri dalam menghidupi anaknya.
"Biasa dia (Opa) tinggal sendiri sama bapaknya pergi mencari ikan, makanya kami di sini itu, pelihara dia itu seperti anak sendiri" terang Dome, seorang tetangga Opa yang turut bersimpati.
Kata Dome, kadang di gubuk tempat Opa ditinggal pergi oleh bapaknya, tanpa makanan. Kalau pun ada, biasanya makanan tersebut sudah basi dan tidak layak lagi untuk dikosumsi. (ind/har)