Tolak Gerak Jalan Waria, Warga Pesanteren di Campalagian: Ini Kota Santri
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/08/tolak-gerak-jalan-waria-warga.html
Postingan foto penolakan keikutsertaan waria dalam lomba gerak jalan HUT RI ke-72. (foto: insert/Ahmadi) |
Salah seorang warga Ahmadi Najamuddin mengatakan, event lomba gerak jalan, Kamis (17/8) sore yang mengikutsertakan kaum waria digelar dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-72.
"Itu sudah jadi agenda rutin, yang ikut adalah SMA, instansi Pemda dan perwakilan warga tiap desa. Tahun kemarin ada juga perwakilan waria yang ikut, penanggung jawab kegiatan dari kecamatan," kata Ahmadi.
Ahmadi menuturkan, atas reaksi sejumlah pihak pesantren, puluhan waria yang sedianya tampil berhasil digagalkan ikut dalam perlombaan.
Kendati demikian, Kapolsek Campalagian AKP Syamsu Rijal mengatakan, para waria itu tetap mengikuti jalannya kegiatan meski tidak ikut dalam perlombaan.
"Mereka tetap ikut tetapi tidak sebagai peserta. Hanya penggembira dan berada di luar barisan," kata Syamsu Rijal, Sabtu (19/8).
Kapolsek Syamsu juga membantah adanya penolakan dari warga setempat. Ia mengatakan penolakan dimaksud hanya datang dari beberapa kalangan pesantren yang tidak sepakat waria ikut berlomba.
Selain itu, Kapolsek Syamsu Rizal juga menjelaskan, sebelumnya telah ada kesepakatan antara masyarakat, pihak pesantren dan panitia penyelenggara yang intinya membolehkan waria ikut kegiatan, tetapi mereka harus menggunakan pakaian laki-laki dan tidak tampil seperti perempuan.
"Jadi itu ada suratnya, yang sempat saya lihat, karena saya tidak ikut rapat, tapi ada suratnya dari panitia yang diketahui Pak Camat bahwa mereka boleh ikut tetapi tidak memakai pakaian perempuan," terang Syamsu Rijal.
Penolakan keikutsertaan waria dalam lomba gerak jalan juga datang dari Pimpinan Pondok Pesanteren Darul Hasanah, Simbang, Kecamatan Wonomulyo, Uztad Rudi Tarenre. Menurut Rudi, keikutsertaan kelompok waria dalam lomba tersebut sangat tidak etis dan tidak sesuai kaidah agama.
Selain itu ia juga menyebut hal itu tidak mencerminkan kultur dan kebudayaan orang Mandar yang dikenal religius. "Meskipun mungkin di sana ada nilai hiburan atau apalah, tapi kita kan mesti dibatasi oleh norma toh. Katanya Sulbar mala'biq tapi kok ada gerak jalan begitu," kesal uztad yang pernah membina satri PPM Al Ikhlas Lampko ini.
Uztad Rudi Tarenre mengaku menolak penampilan laki-laki yang menyerupai perempuan. Selain karena mempertontonkan aurat juga tidak etis serta dilarang agama.
Viral di Facebook
Aksi penolakan keikut sertaan waria pada gerak jalan tersebut ternyata turut dipublikasikan seorang pengguna jejaring sosial facebook. Melalui postingan akun facebook, Rabu (16/8) facebooker dengan nama akun Hafidzahturahma Al Bin Yahya menulis menolak gerak jalan waria tersebut. Postingan itu kemudian jadi viral di facebook.
Berikut adalah tulisan postingan akun facebook Hafdzaturahmah Al Bin Yahya.
"Bismillahirrahmanirrahiim...
*.....
-GERAK JALAN WARIA-
Jgn biarkan itu trjadi lagi di kota SANTRI CAMPALAGIAN.
Apa pndangan kalian ttg itu? Gerak jalan yg di lkukan oleh seorg laki² yg mnyerupai prempuan, bhkan mngalahkan cantiknya seorg prempuan! Masyarakat? Bgmna pndangan kalian? Jika kota santri kita CAMPALAGIAN di Kotori oleh mksiat? Knp? Knp? Knp? Gerak jln yg brupa mksiat itu hrus ikut serta dlm parade karnaval kmi? Sbgai kota santri CAMPALAGIAN , knp klian para masyarakat mmbiarkan mreka mrusak nma baik Kota SANTRI kita? Bknkah telah kita fahami brsama 3 Org yg dijamin msuk neraka adlah Slah satunya yg mnyerupai prempuan dan yg mnyerupai lki²?? Apkah tdk cukup dalil² yg slama ini kita kaji sbgai masyarakat? Gerak jalan waria! Di jadikan sbgai sarana hiburan? Hei! Itu bknlah ladang hburan tp ladang mksiat! CAMPALAGIAN kota santri! Apkah kalian Rela sbgai masyarakat kota kita di Cemari? Bukankah dg mngijinkan mreka Gerak JALAN WARIA seakan akan kita telah Rela mksiat dimna mna? Bknkah kita sbgai muslim hrus mnjga Kota Santri kita?
.
Bukankah kita sbgai muslim hrus mncegah kmungkaran? Lntas knp msih saja kita abai dlm hal ini? Bknkah mngijinkan waria ikut serta dlm gerak jaln seakan akn kita meridhai mreka trus dln jaln yg salah? Di mna sifat pduli kita? Jka kiranya kau blm bsa brbuat apa² stidaknya bntulah kmi mncegah kmungkaran itu! Bknkah dgn mngijinkan Waria itu ikut serta kita seakan mmbuat mreka antusias untk trus dlm kekeliruan?.
.
Lantas? Knp kita msih saja mau mnyaksikan ladang mksiat? Mngapa kita Rela sbgai masyarakat KOTA SANTRI Kita di cemari oleh mereka? Buatlah Perenungan! Campalagian itu mngikat 4 Psantren Dan Beberapa skolah agama sprti. Pp.Salafiyah Parappe,Pp.Salafiyah Al ihsan kenje, Pp Hasan Yamani,PPM Al ikhlas. Perguruan Islam Bonde,Atthahiriyah lapeo,DDI lapeo. Apkah msti aku mnyebutkan smw skolah AGAMA agar kalian faham CAMPALAGIAN itu Kota santri? Dan Ulama²??? Hei! Tdk cukupkah empat psantrn itu CAMPALAGIAN yg mnaungi? Bknkah juga CAMPALAGIAN adlah kota Para Ulama? Lalu knp kita msih saja Rela mmbiarkan Kota Santri dan ulama kita di cemari?
.
Setujukah kalian dgn kmaksiatan? Perlunya kita mnyadarkan diri dri kekeliruan.
KAMI MOHON JANGAN BIARKAN LAGI GERAK JALAN WARIA IKUT SERTA DALAM PARADE KARNAVAL!!!
.
KEMAKSIATAN DAN PEMBANGKANGAN TERHADAP AGAMA TIDAK LAYAK DI JADIKAN HIBURAN...
#AyoDALMES"
Untuk diketahui, sebelumnya kelompok waria pernah mengikuti lomba gerak jalan santai yang digelar Pemkab Polewali Mandar.
Baca: Lihat, Ini Foto Puluhan Waria Ikuti Lomba Gerak Jalan Pemkab Polman
Postingan yang diunggah ke jejaring sosial facebook tersebut kemudian menuai beragam komentar, mayoritas pengguna facebook mengatakan menolak keikutsertaan waria dalam lomba, namun ada punya yang mendukung, dan mengaku itu hal yang biasa saja.
Penolakan misalnya ditulis akun Ayu Barselona Barselona:
"Assalamualaikum wr.wb
Sulawesi barat sudah hilang sipat maqbi'nya"
Komentar lain yang menolak datang dari Suburdi:
Tentukan mi jadwalnya."
Sementara Aco Yusran Coe menulis:
"banggakah kalian
jika ayah ayah kalian
saudara saudara sekandung kalian
anak anak kalian..
terlibat dalam parade tersebut..
jika kalian bangga..
jika kalian kagum..
jika kalian tdk merasa sedih melihat mereka..
di mana hati nurani..
siapa lagi yang akan menegakkan kebeneran
siapa lagi yang memperingatkan saudara saudara kita..yang telah tenggelam dalam buaian nafsu dunia yang memilukan
doaku untukmu wahaii saudara seiman..
mudah mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian
rahmat dan ampunannya..".
Sementara komentar bernada mendukung datang dari akun Zahira Angel MU. Dia menulis:
"Sebagai seorang waria dan orang Sulbar, mgkn Sy berpendapat sdkt dari sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam merayakan hari kemerdekaan waria jg warga negara yg punya hak sama dalam merayakan hari kemerdekaan. Klo mereka dilarang inilah itulah artinya indonesia Blum merdeka dong. Krn hak mereka untuk berekspresi masih dibatasi, Bgmn dgn bapak2 yg ikut pertandingan bola dgn mengenakan daster. Intinya kan menghibur. Banyak hal lain yg lebih penting untuk di suarakan. Seperti seks bebas dikalangan remaja, akses internet yg semakin mudah untuk dibuka, korupsi, narkoba, waria yg mengenakan pakaian wanita maksiatnya dimana selama membuat orang tersenyum tertawa bahagia menghibur. Kcuali Klo mereka terlalu norak di dlm berpenampilan saya rasa Sy jg tdk setuju untuk hal itu. Ini hari kemerdekaan bukan hari keagamaan..".
Pro dan kontra keikutsertaan waria dalam gerak jalan santai HUT RI ke-72 ini tampaknya masih hangat di jejaring sosial hingga kini. Di satu sisi warga banyak mengaku terhibur dengan aksi kaum lelaki mirip wanita tersebut. Namun di sisi lain, telah dianggap melanggar norma agama, dan tidak sesuai tatanan kebudayaan di tanah Mandar. (har)