Ditolak Warga, Satu Keluarga di Polman Isolasi Di Tengah Hutan,
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/04/ditolak-warga-satu-keluarga-di-polman.html
POLMAN, FMS - Akibat ditolak warga, satu keluarga di desa Pao-Pao, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar, terpaksa mengungsi ke tengah hutan.
Disebuah gubuk kecil berukuran 2x3 meter, Hasmiati (45) bersama adiknya Wandi dan ponakannya Basri menjalani karantina.
Hasmiati menuturkan, pada minggu lalu Rabu (22/4/2020) mereka pulang dari Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun sebelum mereka tiba dikampung halaman, warga takut dan kuatir mereka membawa virus covid 19 dan bisa menularkan kepada warga.
"Saya sudah satu minggu tinggal disini sejak hari Rabu minggu lalu"katanya, Rabu (29/4/2020).
Keluarga ini kemudian berinisiatif mengisolasi diri di tengah hutan yang jauh dari dari pemukiman penduduk.
Untuk mencapai tempat mereka, membutuhkan waktu selama kurang lebih 1 jam dari ujung desa Pao-Pao dan harus menempuh jalur ekstrem yang penuh dengan jurang dan tebing yang terjal. Jalur menuju tempat ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Setibanya di lokasi, harus ditempuh dengan berjalan kaki menuju lokasi.
Untuk bertahan hidup, mereka mendapat suplay makanan dari pihak keluarga, sementara untuk lauknya mereka mencari ikan dan udang di sungai.
Mendengar kabar tersebut, seorang penyuluh agama Kecamatan Wonomulyo bernama Abdul Razak Ismail prihatin mendengar kondisi keluarga tersebut. Ia lalu berinisiatif menyalurkan bantua sembako kepada warga tersebut.
Razak membawa bantuan sembako berupa beras, mie instan, minyak goreng, Alquran, masker, serta bahan pokok lainnya.
"Kita sangat prihatin melihat kondisi seperti ini. Semoga bermanfaat membantu mereka yang kesulitan ditengah wabah covid 19"katanya usai menyerahkan bantuan.
Selain Hasmiati, masih ada satu keluarga lainnya yang mengisolasi diri ditengah hutan. Namun tempatnya lebih jauh lagi dan sulit dijangkau oleh kendaraan. Rencana, keluarga Hasmiati akan kembali kerumahnya usai menjalani masa karantina selama 14 hari kedepan.
Pihak pemerintah desa setempat yang berusaha dikonfirmasi melalui sambungan telepon tidak dikonfirmasi, mengingat wilayah ini memang jaringan komunikasi tidak stabil.(Asrianto)
Disebuah gubuk kecil berukuran 2x3 meter, Hasmiati (45) bersama adiknya Wandi dan ponakannya Basri menjalani karantina.
Hasmiati menuturkan, pada minggu lalu Rabu (22/4/2020) mereka pulang dari Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun sebelum mereka tiba dikampung halaman, warga takut dan kuatir mereka membawa virus covid 19 dan bisa menularkan kepada warga.
"Saya sudah satu minggu tinggal disini sejak hari Rabu minggu lalu"katanya, Rabu (29/4/2020).
Keluarga ini kemudian berinisiatif mengisolasi diri di tengah hutan yang jauh dari dari pemukiman penduduk.
Untuk mencapai tempat mereka, membutuhkan waktu selama kurang lebih 1 jam dari ujung desa Pao-Pao dan harus menempuh jalur ekstrem yang penuh dengan jurang dan tebing yang terjal. Jalur menuju tempat ini hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Setibanya di lokasi, harus ditempuh dengan berjalan kaki menuju lokasi.
Untuk bertahan hidup, mereka mendapat suplay makanan dari pihak keluarga, sementara untuk lauknya mereka mencari ikan dan udang di sungai.
Mendengar kabar tersebut, seorang penyuluh agama Kecamatan Wonomulyo bernama Abdul Razak Ismail prihatin mendengar kondisi keluarga tersebut. Ia lalu berinisiatif menyalurkan bantua sembako kepada warga tersebut.
Razak membawa bantuan sembako berupa beras, mie instan, minyak goreng, Alquran, masker, serta bahan pokok lainnya.
"Kita sangat prihatin melihat kondisi seperti ini. Semoga bermanfaat membantu mereka yang kesulitan ditengah wabah covid 19"katanya usai menyerahkan bantuan.
Selain Hasmiati, masih ada satu keluarga lainnya yang mengisolasi diri ditengah hutan. Namun tempatnya lebih jauh lagi dan sulit dijangkau oleh kendaraan. Rencana, keluarga Hasmiati akan kembali kerumahnya usai menjalani masa karantina selama 14 hari kedepan.
Pihak pemerintah desa setempat yang berusaha dikonfirmasi melalui sambungan telepon tidak dikonfirmasi, mengingat wilayah ini memang jaringan komunikasi tidak stabil.(Asrianto)